Brenda, Mahasiswi Cantik Sopir Angkot

Sambil belajar mobil, Brenda masih berjualan. Ia menjual pisang goreng, dan ikan masak sepulang sekolah.

“Polisi dan tentara di kampung kenal saya sebagai penjual pisang,” ujarnya.

Bacaan Lainnya

Kesempatan awal untuk membawa penumpang ternyata datang tidak disangka-sangka. Sang ayah ketika membawa angkot, merasa kurang sehat. Padahal penumpangnya penuh,

“Jadi saya memberanikan diri mengambil kendali. Saat itu saya masih duduk di bangku kelas 2 SMA,” katanya.

Brenda mengakui selama menjadi sopir banyak pengalaman unik.Ibu-ibu kadang kaget melihat dirinya sebagai seorang sopir.

“Ada yang tidak percaya sama saya. Ada bahkan yang berpegangan kuat di badan mobil,” katanya.

Lama-kelamaan, kata dia, semua penumpang langganan menjadi terbiasa. Bahkan mereka sering memuji.

“Ada yang berkelakar hati-hati dengan saya. Saya katanya jago bawa mobil,” ujarnya.

Ia juga mengaku sudah dikenal hampir semua sopir. Ia biasa dipanggil Brenda atau “om Berenhard pe anak” (anaknya om Berenhard).

“Saya dikenal walau hanya bekerja sebagai sopir di hari Sabtu. Senin sampai Jumat saya kuliah dan pulang memakai bus di hari Jumat,” katanya.

Dalam satu hari, kata Brenda, ia bisa memperoleh uang Rp 300 ribu. Itu artinya satu setengah ret (satu kali bolak-balik Likupang Tatelu ditambah satu kali perjalanan kembali ke Likupang).

“Saya akan tambah pendapatan jika ada anak sekolah misalnya yang akan pergi lomba ke Airmadidi. Saya nggak perlu nungguin, jadi masih bisa narik satu ret untuk itu,” ujarnya.

Dari uang itu, Brenda hanya mendapatkan Rp 100 ribu. Ia menyetor ke ayahnya sebesar Rp 100 ribu dan mengisi bensin Rp 100 ribu.

“Dengan itu saya sudah tidak terlalu sering meminta uang kepada orangtua. Itu sudah mengurangi beban mereka walau hampir semua kebutuhan saya juga masih ditanggung mereka,” katanya.

Brenda mengaku hampir tidak pernah bertahan lama dengan pacar di saat SMA. Pacar-pacarnya saat itu tidak menerima ia menjadi sopir angkot.

“Tapi sekarang puji Tuhan, pacar saya sekarang menerima saya,” ujarnya.

Bagi Brenda, kerja keras adalah bagian dari hidup. Dia pun berharap apa yang dilakukannya mampu menginspirasi orang lain.

Sumber: Aryana Channel

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *