Nah, ada yang berbeda. Sejak ditempati Dokter Unan, tepatnya pasca penyambutan adat pada Rabu, 29 Mei 2024 lalu, sakralitas rumah dinas itu berangsur pudar.
Tanpa menghilangkan wibawa, juga tak mengabaikan ketetapan protokol pemerintah, rumah dinas itu sekejap menjadi areal bebas. Tentu bebas dalam konotasi positif.
Dokter Unan tak sedang melakoni peran baik sekadar untuk pencitraan. Toh dia saat ini jauh dari kepentingan politik untuk jadi peserta kontestasi pemilihan kepala daerah yang sedang bergulir.
Bukti manis tak hanya di mulut, medio Mei 2024, pemandangan tak sedap ketika jagat maya dibuat heboh dengan bocah yang di hidup tak layak di Desa Domisil Kecamatan Sangtombolang, Bolmong.
Mengetahui hal itu, Dokter Unan bergegas. Menyambangi sang bocah serta keluarganya, Sang Penjabat Bupati Bolmong itu langsung mengakomodasi mereka ke tempat yang lebih layak.
Bisa ditebak, mereka diboyongnya ke rumah dinas bupati. Langkah yang ternyata tak hanya bernilai secara kemanusiaan, tapi juga menuai simpati banyak pihak.
Kini, Tiga bocah itu, Nabila, Rama dan Janah serta ibu mereka, untuk sementara waktu ikut mendiami rumah dinas bupati. Dipenuhi pula kebutuhan sandang, pangan dan kesehatan mereka.
Begitulah Dokter Unan. Tanpa ragu dia berucap, rumah dinas itu adalah rumah rakyat. Sedikit keluar dari kekakuan fungsi dasar serta aturan tertulis tentang rumah dinas, itu hanyalah sebuah fasilitas yang notabene milik rakyat. Sudah sepatutunya digunakan untuk kemaslahatan rakyat.
‘’Selama saya menjabat dan menempatinya, rumah dinas itu untuk Rakyat Bolmong. Pintu akan tetap terbuka,” ucap singkat Dokter Unan, namun panjang niatnya untuk meruntuhkan sekat antara pemerintah dengan rakyatnya.
Dokter Unan dengan lakunya kini dan yang akan datang, merupakan perwujudan dari Mototompiaan, Mototabian, bo Mototanoban.***