RADARTOTABUAN.COM – Nama besar Patrick Kluivert membawa angin segar saat diumumkan sebagai pelatih baru Timnas Indonesia pada Januari 2025. Sosok legendaris Belanda ini diharapkan menjadi juru selamat dalam upaya Indonesia menembus Piala Dunia 2026. Namun, setelah beberapa pertandingan di Putaran Ketiga Kualifikasi Zona Asia, realitas berkata lain: Timnas masih jauh dari kata meyakinkan.
🔴 Harapan Besar, Hasil Masih Mengecewakan
Sejak awal, Kluivert menargetkan pencapaian realistis: mengamankan empat poin dari dua laga pertama menghadapi Australia dan Bahrain. Namun performa Timnas justru mengundang kekhawatiran. Kekalahan telak 0–6 dari Jepang di Osaka memperlihatkan kelemahan mendasar di lini pertahanan. Sistem bertahan yang diharapkan solid justru tampak rapuh, tidak mampu meredam tekanan lawan.

Kemenangan tipis 1–0 atas China di Stadion Gelora Bung Karno pun tak bisa menutup celah. Gol semata wayang tercipta lewat penalti, bukan hasil dari permainan terbuka yang dominan. Ini menunjukkan serangan Indonesia masih tumpul, miskin kreativitas, dan kurang eksplosif.
⚠️ Naturalisasi: Belum Jadi Solusi Utama
PSSI terus mendorong naturalisasi untuk meningkatkan kualitas skuad. Namun hingga kini, kualitas pemain naturalisasi belum merata. Nama-nama seperti Jay Idzes, Jayden Verdonk, hingga kiper Emil Audero belum tampil sesuai ekspektasi. Mereka masih butuh waktu adaptasi dengan gaya bermain dan atmosfer sepak bola Asia. Bandingkan dengan Jordi Amat atau Sandy Walsh yang sempat menunjukkan kontribusi positif sejak awal.
Hal ini menandakan bahwa naturalisasi bukan solusi instan. Diperlukan sistem pemantauan dan integrasi yang lebih baik agar mereka benar-benar menjadi tulang punggung tim.
📉 Evaluasi Strategi, Performa, dan Mental
Masalah Timnas Indonesia tak hanya soal teknis. Fisik para pemain terlihat menurun di babak kedua, yang berdampak langsung pada konsentrasi dan performa. Bahkan, dalam laga-laga penting, semangat bertanding Garuda kerap memudar di saat genting. Mentalitas menang belum terbentuk.
Kluivert telah menyatakan siap melakukan perubahan taktik. Jika skema 4‑3‑3 tak berjalan efektif, ia membuka kemungkinan menggunakan formasi lain yang lebih realistis. Namun, taktik saja tidak cukup. Dibutuhkan penguatan stamina dan pendampingan psikologis untuk membentuk mental petarung dalam setiap pemain.
Menurut laporan Reuters, Kluivert menekankan pentingnya adaptasi dan kerja jangka panjang, sementara tvOne News menyoroti desakan publik dan internal PSSI untuk segera melakukan evaluasi menyeluruh pascakekalahan telak dari Jepang.
✅ Rekomendasi Solusi Konkret