Nah, ini yang paling penting, yakni pada kesehatan. Individu yang terpapar CN secara langsung dapat mengalami keracunan akut, yang bisa berakibat fatal. Gejala termasuk sakit kepala, mual, pusing, hingga kehilangan kesadaran bahkan kematian.
Paparan jangka panjang meskipun dalam dosis rendah dapat menyebabkan kerusakan saraf, masalah pernapasan, dan gangguan kardiovaskular.
Sementara itu, pencemaran air dan tanah oleh CN dapat mengakibatkan krisis kesehatan masyarakat, termasuk meningkatnya kasus kanker, gangguan reproduksi, dan masalah perkembangan pada anak-anak.
Pencemaran lingkungan oleh CN juga memerlukan biaya besar untuk rehabilitasi ekosistem yang rusak. Ini termasuk pembersihan tanah dan air serta restorasi habitat.
Pencemaran lingkungan ini dapat merugikan sektor-sektor lain seperti pertanian dan pariwisata, yang bergantung pada ekosistem yang sehat.
Kualitas hidup masyarakat yang tinggal di sekitar daerah pertambangan liar dapat menurun drastis, yang pada akhirnya bisa menyebabkan migrasi dan hilangnya mata pencaharian lokal.
Pengabaian terhadap penyaluran sianida yang aman dan terkendali oleh pemerintah daerah, aparat penegak hukum, dan penambang emas liar adalah masalah serius yang harus segera diatasi.
Dengan menerapkan prosedur yang tepat dan meningkatkan pengawasan, kita dapat mengurangi risiko kesehatan dan kerugian ekonomi yang ditimbulkan oleh penggunaan CN yang tidak bertanggung jawab.
Perlindungan terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat harus menjadi prioritas utama dalam mengelola bahan kimia berbahaya seperti CN.
Akhirnya, adakah proses dan prosedur di atas tampak oleh kita saat ini? Jika tidak, maka mungkin memang benar ada yang otaknya sudah terpapar CN sehingga sudah berpindah ke dengkul. Atau bahkan bisa dikata banyak pihak telah terjerumus pada kubangan kebohongan bersama alias putarbale berjamaah.***