Politikus dan pemimpin harus menjadi contoh dalam mengelola perbedaan dengan bijak. Mereka harus menunjukkan bahwa meskipun ada perbedaan pendapat, tujuan akhir mereka tetaplah sama, yaitu kebaikan masyarakat. Dengan menempatkan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi atau kelompok, kita dapat membangun politik yang lebih harmonis dan produktif.
Pendidikan politik bagi masyarakat juga esensial. Masyarakat yang terdidik secara politik cenderung lebih kritis dan rasional dalam menyikapi perbedaan. Mereka akan lebih fokus pada isu substansial daripada terperangkap dalam polarisasi yang didasarkan pada kebencian.
Dalam konteks kedaerahan, khususnya Kotamobagu yang memiliki prinsip persaudaraan dan saling menyayangi, menjaga politik tanpa kebencian adalah tantangan tersendiri. Namun, dengan komitmen untuk saling menghormati, kita dapat membangun demokrasi yang lebih sehat dan berkelanjutan.
Panas dalam persaingan boleh-boleh saja, tapi benci jangan. Kebencian hanya akan membawa perpecahan dan kerusakan. Sebaliknya, mari kita mengedepankan dialog, toleransi, dan kerja sama demi masa depan daerah yang lebih baik.***