Riba Menggelegar, Netizen Menyala!!!

Ilustrasi. (RT/Oji)

Ternyata, kalau ditelaah lebih dalam, banyak aktivitas finansial sehari-hari yang bisa terjerumus ke dalam riba, dari kredit tanpa agunan hingga jual beli barang dengan cicilan yang mencekik leher.

Lantas, siapa saja yang bisa terseret dalam jebakan riba? Jawabannya: siapa saja yang terlibat dalam transaksi finansial yang tidak sesuai syariah. Mulai dari si peminjam uang, pemberi pinjaman, hingga mereka yang memfasilitasi transaksi riba.

Bacaan Lainnya

Pada akhirnya, riba dapat mempengaruhi kehidupan sosial secara signifikan. Orang-orang yang terjebak riba seringkali mengalami tekanan finansial, keretakan hubungan sosial, dan bahkan masalah kesehatan mental.

Riba ini ibarat virus yang merusak tatanan ekonomi dan menambah ketimpangan sosial.  Orang yang terjerat riba bisa jadi semakin miskin, sementara yang memanfaatkan riba semakin kaya. Ini bisa memicu kecemburuan sosial dan memecah belah masyarakat.

Riba ini seperti lumpur hisap, bisa menyeret siapa saja yang lengah.  Dari pengusaha yang terpaksa meminjam uang dengan bunga tinggi, hingga ibu rumah tangga yang terjebak bujuk rayu petugas koperasi yang nikmat namun membawa sengsara.

Intinya, kalau anda merasa seperti kucing anggora yang baru saja dibabat habis bulunya, kemungkinan besar itu riba. Begitu kira-kira analogionya.

Jadi begini.  Menurut saya, meskipun niat sang influencer baik, dalam menyampaikan pesan, sebaiknya berhati-hati seperti kucing mengendap di dapur.  Kadang-kadang, niat baik bisa tersampaikan dengan cara yang kurang tepat dan malah menimbulkan polemik.

Di sisi lain, netizen, yuk kita bijak menggunakan media sosial. Ingat, kata-kata yang kita ketik mencerminkan jati diri kita. Jangan sampai niat bercanda atau melampiaskan emosi malah berujung pada masalah serius.

Ingat, kita semua yang menyelami dunia maya ini sedang dipelototi UU ITE, bak hiu kelaparan menyasar mangsa. Jangan sampai gara-gara salah tutur kata, kita terseret masalah hukum. UU ITE bisa menjerat siapa saja yang salah bertutur di media sosial.

Jadi, mari kita lebih bijak dalam menyampaikan pendapat dan lebih hati-hati dalam berkomentar. Dunia maya bisa jadi tempat yang menyenangkan, asal kita semua tahu batasannya.***

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *